Bagi umat kristiani pasti tidak asing dengan nabi Yunus, nabi yang pernah ditelan ikan besar. Bahkan ketika kita masih kanak-kanak, kita diajarkan sebuah lagu yang bertemakan nabi terebut (bagi kamu yang masih ingat lagunya, boleh sharing dikolom komentar, siapa tahu ada teman kita yang sudah lupa lagu tersebut).
Apakah kamu tahu, sebenarnya apa yang menyebabkan nabi Yunus terjebak dalam perut ikan raksasa? Nah, untuk yang belum tahu, yok simak artikel berikut.
Yunus dalam Alkitab
Di dalam kitab orang Kristen, ada satu sosok nabi yang berada di Perjanjian Lama, yakni Yunus. Dalam bahasa Ibrani, Yunus disebut Yonah yang memiliki arti “Merpati”.
Ayah nabi ini bernama Amittai yang memiliki arti kebenaran Allah. Yunus bin Amittai dianggap sebagai nabi kecil karena buku aslinya ditulis bersamaan dengan kitab-kitab kenabian lain yang lebih kecil.
Kitab Yunus bercerita tentang sifat Allah, yang dibagi menjadi empat bagian menurut pasalnya, yakni Kedaulatan Alla, Pembebasan Allah, Belas Kasih Alla, dan Kebenaran Allah. Selain itu, kitab tersebut juga dibagi atas:
1. Pengutusan pertama Allas dan pemberontakan Yunus
2. Pembebasan Allah atas Yunus dan doa syukur Yunus
3. Pengutusan kedua Allah dan ketaatan Yunus
4. Pembebasan Allah atas Niniwe dan sungut-sungut Yunus yang menunjukkan rasa tidak berterima kasihnya.
Kisah Yunus di Perut Ikan
Kisah Yunus yang berada di perut ikan merupakan cerita populer dikalangan anak-anak sekolah minggu. Berikut kisahnya.
Pada suatu hari, Allah berbicara kepada Nabi Yunus, katanya, “Pergilah ke Niniwe untuk memberitahukan ancaman-Ku kepada kota itu, karena Aku tahu penduduknya jahat sekali.” Niniwe adalah kota yang sangat besar. Orang-orangnya sangat jahat.
Mereka bukan orang Israil, mereka tidak menyembah Allah. Akan tetapi, Nabi Yunus tidak mau menyampaikan Firman Allah kepada orang Niniwe tersebut. Dan Nabi Yunus naik kapal besar dan pergi ke kota lain.
Waktu Nabi Yunus di kapal, ia turun ke tempat yang paling bawah dan berbaring di situ, lalu tertidur nyenyak. Saat itu juga Allah mendatangkan angin keras yang meniup dan mengombang-ambingkan kapal itu.
Ombak menjadi semakin besar dan kapal itu hampir tenggelam. Badai begitu hebat sehingga awak kapal takut sekali. Mereka berteriak-teriak minta tolong, masing-masing kepada dewanya sendiri. Supaya kapal itu tidak karam, mereka membuang muatannya ke dalam laut.
Pada waktu kapten kapal itu turun ke bawah, ia menemukan Nabi Yunus di situ sedang tidur. Lalu ia berkata, “Bangunlah! Berdoalah kepada dewamu untuk minta tolong!”
Sesudah Nabi Yunus dan kapten kapal itu naik ke atas, para awak kapal itu berkata kepada sesama mereka, “Mari, kita buang undi supaya kita tahu siapa yang bersalah sampai-sampai kita tertimpa bencana ini!” Lalu mereka pun membuang undi.
Nama Nabi Yunuslah yang kena.
Kemudian Nabi Yunus berkata kepada orang-orang yang ada di kapal itu, “Saya orang Ibrani, saya menyembah Allah yang di surga, yang menciptakan bumi dan laut.” Kemudian ia bercerita bagaimana ia berusaha melarikan diri dari perintah Allah.
Sementara itu badai makin menjadi-jadi, lalu para awak kapal bertanya kepadanya, “Apa yang harus kami lakukan kepadamu supaya badai ini berhenti?”
Jawab Nabi Yunus, “Buanglah aku ke laut, pasti badai akan berhenti.” Tetapi para awak kapal itu masih berusaha sekuat tenaga untuk mendayung kapal itu ke daratan, namun badai makin mengamuk juga sehingga usaha mereka sia-sia belaka.
Sebab itu mereka berseru-seru kepada Allah, “Allah, kami mohon janganlah kami binasa karena kami menyerahkan nyawa Yunus ini.”
Lalu mereka melemparkan Nabi Yunus ke dalam laut, dan badaipun berhenti mengamuk. Para awak kapal itu menjadi takut kepada Allah.
Mereka mengatakan bahwa mereka sekarang percaya kepada Allah. Nabi Yunus tidak mati di dalam laut. Allah memerintahkan seekor ikan yang sangat besar (ikan paus) supaya menelan Nabi Yunus. Nabi Yunus tinggal di dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam.
Ia berdoa dan minta diselamatkan. Kemudian, atas perintah Allah ikan itu memuntahkan Nabi Yunus ke daratan. Nabi Yunus menaati seruan Allah. Ia segera pergi ke Niniwe; ia memasuki kota Niniwe itu dan sesudah berjalan sepanjang hari, ia berteriak: “Empat puluh hari lagi, Niniwe akan hancur!”
Penduduk Niniwe percaya kepada pesan Allah. Seluruh rakyat memutuskan untuk berpuasa. Semua orang, besar maupun kecil, memakai kain kabung untuk menunjukkan bahwa mereka menyesali dosa-dosa mereka.
Allah melihat perbuatan mereka. Dia melihat bahwa mereka telah meninggalkan kelakuan mereka yang jahat. Maka dari itu, Ia mengubah keputusannya, mengampuni mereka, dan tidak jadi menghukum mereka.
Dari kisah nabi Yunus tersebut, seharusnya kita sebagai umat Kristen bisa membuatnya sebagai pedoman hidup. Pedoman dimana kita harus takut akan Tuhan dan mengikuti semua perintah-Nya agar tidak binasa.
Mulai saat ini, marilah sama-sama untuk kembali kejalan Tuhan, agar Allah tidak menghukum kita seperti yang dialami Yunus.
Semoga kisah Nabi Yunus ini bermanfaat bagi kamu. Tuhan Yesus Memberkatimu.
Komentar
Posting Komentar